30 November 2011

NZ here I come ...

Akhirnya, setelah mencoba beberapa kali, salah satu mimpi yang tertunda terjawab sudah. Jika tidak ada aral melintang, July 2012 nanti saya sudah berada di suatu kota yang terkenal dengan pemandangannya yang cantik dan dombanya : Auckland City, New Zealand. 


I can't wait. Ketika mendapatkan telepon dari kedutaan NZ bahwa saya terpilih sebagai salah satu kandidat untuk beasiswa master di bidang lingkungan, saya sangat bahagia. Kerja keras selama ini akhirnya terjawab sudah. Mempersiapkan dokumen-dokumen terkait sambil bekerja itu bukan merupakan hal yang mudah ketika kamu bekerja pada sebuah instansi yang sifatnya adalah coordinating agency. Kesibukan dan deadline yang tiada henti, tentunya kadang memaksa kita untuk tidak punya ruang privacy untuk diri sendiri. Mengejar rekomendasi dan menuliskan motivation dengan baik dan sesuai dengan keinginan pihak penyandang dana juga membutuhkan konsentrasi yang bagus. Dan ditambah lagi jika kamu seorang istri dan ibu pekerja kantoran, pengaturan waktu sangatlah suatu kerja keras agar hidup tetap seimbang. 


Namun semua kerja keras itu terbayarkan sudah. Telepon di pagi hari dengan kabar gembira ini bagaikan air penyejuk. Dan yang sangat menyenangkan adalah bahwa saya bisa membawa anak dan suami selama disana. Ah senangnya.. 


Kenapa memilih New Zealand?

Sebenarnya sih tidak ada alasan yang spesifik kenapa memilih negara itu, karena pada dasarnya saya mengejar semua kesempatan yang menyediakan beasiswa diluar negeri yang universitasnya menyediakan bidang study yang saya mau. Dan salah penyedianya itu adalah New Zealand. Berhubung dinegara tersebut universitas yang menyediakan bidang study Environmental Management  adalah Univ Auckland dan Univ. Victoria Wellington, maka pada berkas lamaran beasiswa saya mengisi form tsb dengan memilih kedua univ. itu dan menempatkan Auckland Univ. sebagai pilihan pertama. 


Setelah menunggu selama hampir 7 bulan, akhirnya pihak kedutaan mengabari dan saya diterima di univ pilihan pertama. Setelah mengetahui ini, saya barulah mulai mencari tau negara New Zealand itu seperti apa sih, dan kota Auckland itu terkenal dengan apa saja. Hehehe, lucu memang, karena seolah-olah saya memilih sesuatu tanpa tau medannya seperti apa nanti. Saya memang tidak sempat berpikir sejauh itu awalnya. Yang ada dikepala saya adalah bagaimana caranya saya bisa keluar secepatnya dari kantor ini, supaya ilmu saya secara akademik dapat bertambah. Saya sudah sangat ingin sekolah. Tepatnya saya kangen dengan suasana kuliah. kangen dengan kondisi dimana kerja kita cuma membaca, menambah wawasan dengan bergaul dan menikmati hidup tanpa rutinitas 9 to 5 (sejak pindah divisi malah sampe tengah malam hiks).


Saya lulus dengan ilmu yang saya inginkan, kota tempat saya kuliah nanti sangat indah dan universitas itu termasuk diperhitungkan peringkatnya secara global dan dia adalah universitas terbaik di negara itu dan yang paling penting adalah, semua itu dibiayai. So what I am waiting for? 


Ah, senangnya. Kabar ini ketika saya sampaikan ke suami tercinta, dia sangat senang. Dia bangga karena saya berhasil mengejar mimpi2 yang tertunda. Dia bahagia karena saya tetap menjadi pribadi yang dia kenal ketika pertama kali bertemu dengan saya hingga sekarang. Padahal sebenarnya sayalah yang bahagia, senang dan sangat bersyukur karena mendapatkan pasangan hidup yang sangat menghargai dan menghormati hak saya sebagai seorang manusia. Bukan hanya sekedar seorang wanita yang dia persunting sebagai istri. 
Dia membiarkan saya mengembangkan diri semaksimal mungkin dan tetap membimbing saya untuk menjadi pasangan hidup yang bisa diajak berbagi suka dan duka. Saya bangga memiliki dia, yang terus mendukung dan menemani saya dalam meraih mimpi ini. 


Kabar ini juga sangat membahagiakan ibu saya. Jauh diseberang sana, saya dapat mendengarkan suaranya yang tersedu haru ketika mengetahui kabar ini. Saya pun ikut terharu, karena saya tau betul, saya bisa sejauh ini salah satu faktor pendukung utamanya adalah karena adanya beliau. Yang mengajarkan saya untuk selalu punya mimpi, yang mendidik saya untuk selalu berusaha semaksimal mungkin utk mencapainya. Yang selalu mengatakan : "Jangan pernah takut bermimpi yang tinggi, kamu berhak punya mimpi itu!". 
I love her that much.. 


Seandainya Etta (ayah) masih hidup, saya yakin beliaupun akan sangat senang mengetahui hal ini.  Semoga Engkau tenang di alam sana.. see you in prayers Dad. 




Tidak ada komentar: